Doc. Redaksi
Pengertian mahasiswa secara formal adalah seseorang yang sedang menjalani studi formal di sebuah perguruan tinggi atau universitas. Tetapi apabila kita refleksikan lebih mendalam lagi sebenarnya makna mahasiswa mempunyai arti yang sangat penting tidak hanya sebatas pengertian secara formal tersebut. Menjadi seseorang yang menyandang gelar “mahasiswa” berarti didalamnya menyimpan tanggung jawab yang sangat besar karena menjadi seorang mahasiswa haruslah dituntut bisa memberikan kontribusinya terhadap bangsa dan negara secara makro dan secara mikro haruslah bisa membawa perubahan sosial di lingkungan sekitarnya menuju arah yang lebih baik dan bermanfaat karena mahasiswa adalah seorang pemuda dan kemajuan bangsa ini ada di tangan pemuda seperti yang pernah di katakan oleh BJ Habibie bahwasanya yang bisa membawa perubahan bangsa ini adalah kualitas sumber daya pemuda nya yang sangat mumpuni .
Mahasiswa sebagai lokomotif perubahan tentunya memiliki karakteristik berfikir tertentu sebagai penunjang agar tujuan ideal menjadi seorang mahasiswa bisa tercapai yaitu berfikir secara “kritis”. Apabila kita melihat dari pandangan Jurgen Habermas tentang ciri-ciri khas filsafat kritis adalah selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata, pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap kondisi sosial yang nyata (Nur Sayyid Santoso Kristeva, M.A, Manifesto Wacana Kiri : Hal.455).
Dari uraian diatas berarti mahasiswa perlu untuk melibatkan dirinya dalam dinamika kondisi sosial yang ada , dialektika terhadap kehidupan ini haruslah diintegrasikan secara massif menjadi gerakan perubahan sosial menuju arah yang lebih baik . Dalam era milenial saat ini atau yang bisa kita kenal dengan era “ zaman now” peran tanggung jawab sosial seorang mahasiswa perlu adanya sebuah kritik karena gerakan mahasiswa saat ini terkungkung oleh sebuah sistem positivistik yang sangat penuh dengan sikap apatis, hedonisme, dan pragmatisme. Dengan semakin berkembangnya globalisasi dan developmentalisme membawa kita ke arah kemajuan teknologi yang semakin pesat dan hal ini berimplikasi kepada gerakan mahasiswa “zaman now” . Mahasiswa “zaman now” lebih senang bergerak dalam dunia maya yang merupakan dunia fantasi dan non substansial sehingga menimbulkan sikap apatis terhadap kondisi sosial dan tidak mengemansipasikan dirinya sebagai lokomotif perubahan . Nampaknya memang stagnanasi gerakan mahasiswa saat ini juga dipengaruhi oleh mengakar kuat sistem neoliberalisme dalam aspek ekonomi, sosial, budaya dll. sehingga nalar mahasiswa berjalan beriringan dengan sikap individualistik yang merupakan salah satu corak yang fundamental dari filsafat liberalisme dan nantinya akan mengarah kepada sifat egosentris yang besar.
Perlu menjadi refleksi kita bersama bahwasanya saat ini kita sedang dihadapkan pada zaman persaingan global dengan bangsa lain, namun apabila seorang mahasiswa “zaman now” masih apatis dengan kondisi sekitarnya dan sifat ego individualistik masih mengakar dalam dirinya maka bangsa dan negara ini tentunya tidak akan bisa menjadi bangsa yang maju dan bisa bersaing dengan bangsa lain apabila para pemuda nya memiliki sikap apatis terhadap kondisi sosial yang nyata dan melupakan jati dirinya untuk terlibat dalam sistem sosial yang sedang bekerja.
Sikap apatis dalam diri seorang mahasiswa harus dibunuh dan digantikan dengan sikap kritis dan melibatkan dirinya terhadap kondisi sosial yang sedang bekerja. Sikap egosentris dalam seorang mahasiswa haruslah digantikan dengan sikap kooperatif karena semua hal lebih mudah apabila kita dikerjakan secara bersama-sama dan inilah merupakan falsafah dasar yang diwariskan oleh para founding father kita sebagai pedoman dasar kita membangun bersama bangsa ini menjadi bangsa yang kompetitif dan dapat disegani oleh bangsa lain dikarenkan dengan begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa kita . Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun bahwasanya untuk menciptakan peradaban yang baik haruslah adanya rasa solidaritas sosial yang tinggi dan diorganisasikan secara bersama-sama oleh setiap elemen masyarakat.
Semoga catatan singkat saya ini bisa menjadi bahan refleksi bagi kita bersama yang katanya adalah mahasiswa “zaman now” untuk saling menghilangkan sikap apatis dan egosentris dan saling bahu membahu untuk membawa perubahan bagi bangsa dan negara yang sangat kita cintai ini.
Oleh : Ahmad Nailul Hikam
(Ketua I Bidang Kaderisasi PMII Rayon FEBI IAIN Jember)
Editor : Tim Redaksi
0 komentar