Hello Lady's... Bagaimana kabarmu, sehatkan? Ya, harus sehat lah jangan sakit-sakit. Mana senyum manismu girls, meskipun puasa kamu harus tetap tersenyum ya. Apalagi hari ini adalah hari dengan momen spesial bagi kaum perempuan. Apa ya?, apalagi kalau bukan memperingati hari kartini.
Namun, momen spesial ini rasanya kurang jika perempuan tidak diajak kencan dalam arus refleksi hari kartini. Jadi, seperti ini saja setelah banyak slogan, pamflet dan beranekaragam simbol Kebangkitan spirit kartini dari alam kubur. Patut kiranya semunya memikirkan ulang apa saja yang perlu diilhami dari hari besar perempuan, yang salah satunya di Indonesia adalah hari kartini.
Kartini lebih spesial lagi jika perempuan-perempuan modern kali ini mampu menghadirkannya. Maksudnya bukan sosok utuhnya, kan sudah jadi mayat toh, entar pada lari semua. Akan tetapi yang dimaksud adalah semangat paham gender dan semangat simbol natural fashion sosok kartini yang urgen dihadirkan.
Perlu diketahui bersama, bahwa kartini merupakan sosok keturunan bangsawan. Sosok kartini yang sekarang ramai-ramai diposting itu sebenarnya lahir dari keluarga kaya raya di Jepara 21 April 1879, Kartini merupakan putri dari bangsawan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang juga menjabat sebagai seorang bupati di Jepara pada masa itu.
Bayangkan di era 1879. Saat itu dimana kolonialisme benar-benar nyata berhadapan dengan nusantara dulu. Jikalau Kartini menganggap fasilitas yang memadai sebagai putri bupati, tentu Kartini akan memilih gaya hidup yang cukup glamor dan mungkin namanya tidak akan dikenang sampai sekarang sebagai salah satu sosok pahlawan perempuan Indonesia yang penuh jasa.
Biarlah Kartini dengan romansa spirit keadilan gendernya mengalir. Hari ini yang diperlukan sebenarnya adalah pemaknaan sejarah Kartini sebagai semangat perempuan yang dulu dianggap dibawah laki-laki dalam persoalan peran sosial. Atau mungkin saja sampai hari ini dapat perempuan rasakan.
Menyimak soal rasa, tentu tidak mampu terlepas dari persoalan hati. Dan hati yang bersih itu sebenarnya terpatri dari logika yang dibagun oleh pikiran serta nalar para perempuan atau bahkan laki-laki. Jadi, masih perlukah pembahasan soal kartini adalah sosok natural fashion?.
Menjadi penting, jika mindset perempuan modern hari ini memiliki naral natural tentang Kartini sebagai sosok natural fashion. Maksudnya, seperti ini wahai para penerus Kartini. Sebelum kalian berkampanye soal hari perempuan dan entah segala macamnya tentang kekuatan perempuan, alangkah lebih baiknya bagun dulu nalar natural kalian itu.
Apresiasi cukup tinggi untuk para perempuan, bahwa sanya kalian memang cukup kuat dan hebat. Tapi lagi-lagi nalar naturalmu itu tentang memaknai kalian sebagai perempuan itu sudah sampai mana?. Apa cukup hanya tau sosok Kartini kalian lantas cukup, hingga beranggapan bahwa dirimu perempuan harus merdeka?, padahal sebenarnya dengan begitu akan membuka ladang penjajahan karakter kalian dari lawan jenis kalian (Laki-laki).
Yang diperlukan adalah menjadikan sosok Kartini itu sebagai pembentuk nalar kritis perempuan. Apalagi Kartini dikenang sampai hari ini bukan karena apa, karena dia sangat giat belajar dan menulis hingga menghasilkan karya tulisan. Yang salah satunya diberi judul dalam bahasa Belanda "Door Duisternis tot Licht" Atau "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Dari itu masih belum sadarkah perempuan hari ini? betapa perlunya naral natural kalian sebagai perempuan.
Perempuan memiliki kekuatan daya tarik. Maka Sebagai perempuan yang benar-benar mengilhami Kartini sebagai ibarah, pelajaran, pijakanrefleksi dan pijakan spirit perempuan. Tentunya, sudah mampu menanamkan kartini sejak dari nalar. Sehingga nalar kartini hadir sebagai cikal bakal lahirnya perempuan-perempuan Kartini Modern yang tentu mampu berkarya lebih banyak dari sosok asli Kartini baik dalam segi apapun pada nuansa yang postif.
Maka perlu kiranya dilayangkan bentuk kritik terhadap para pengklaim Kartini modern dewasa ini. Kiritiknya kembali lagi, bahwa Kartini bukan hanya dijadikan simbol natural fashion. Tetapi, kartini adalah sosok natural fashion. Gaya kartini tetap apa adanya, murni, meskipun sosoknya adalah keturunan bangsawan. Lalu, bagaimana dengan perempuan-perempuan para pengklaim kartini hari ini bisa kita lihat?. Apa hanya mampu memposting selamat hari kartini? Atau hanya sekedar banyak umbar kata-kata penuh sejarah dari Kartini "Habis gelap terbitlah terang"?
Dan yang lebih aneh para pengklaim Kartini Modern hari ini adalah. Mereka banyak memposting wajah mereka di media sosial dengan perasaan minder, mereka harus pakai filter segala macam agar wajahnya tetap glowing. Juga anehnya mereka para pengklaim Kartini modern sudah tak mau natural sejak dari naral. Mereka lebih menggantungkan wajah mereka pada skincare, lipstik tebal dan pakaian mi, ji, ku, Hi, bi, ni, u. Tanpa peduli bahwa Kartini sesungguhnya adalah sosok Natural Fashion yang Menganderungkan kecantikan batiniah dan lahiriah dari nalar naturalnya. Sosok asli Kartini lebih memilih bedak tradisional, kebaya dan penghias karakter berupa ilmu pengetahuan serta etika yang luhur.
Sedangkan mana diri kalian wahai sosok pengklaim Kartini. Nalar kalian saja sudah maunya Instan, mau belajar ketika hendak uji eksistensi, kalau bukan karena hari Kartini, kalian mengubur Kartini dengan Fashion Glamor kalian. Ya,..kalau kalian sadar sisihkan dana skincare, lipstik, pakaian dan alat kecantikan palsumu untuk menunjang nalar naturalmu, dimana manusia sebenarnya adalah Fitrah termasuk kalian yang sedang memperingati hari Kartini dengan cara kalian masing-masing.
#selamat hari kartini
Redaktur: AR
Editor: Wildan Anshori
Mantap
BalasHapusLanjutkan 👍