INILAH KEHIDUPANKU
Kehidupan di tanah perantauan sungguh berbeda dengan kehidupan di kampung sendiri. Ketika ingin sesuatu selalu berkaitan dengan uang-uang dan uang. Jika tidak ada uang berati kita tidak bisa memenuhi keinginannya. Ini berbeda sekali dengan kehidupan dikampungku. Entah ada uang atau tidak ada sesuatu yang kita inginkan selalu ada, sungguh sulit hidup di dunia perantauan.
Semenjak aku memutuskan kuliah di IAIN Jember kasih sayang kedua orang tua berkurang. Saat ini, aku dituntut untuk menemukan kasih sayang dari orang-orang asing. Betapa sulitnya hidup ini.
Pengalaman membuatku mengerti tentang banyak hal. Mengerti akan arti kehidupan yang sesungguhnya dan berada jauh dari sanak saudara, membuatku lebih dewasa dan mendiri. Seiring bergantinya hari demi hari, waktu ke waktu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun, tidak terasa 2 tahun sudah kulalui. Canda, tawa, susah dan senang datang silih berganti. Sekian lama aku berada bersama orang-orang asing ditempat yang asing pula. Kesendirian, kesunyian selalu kurasakan dalam hidupku. Betapa sulitnya aku harus menyesuaikan diri di tempt yang asing ini. Tidak ada saudara, keluarga hingga aku sempet ragu menjalani kehidupan ini sendiri. Dalam hati kecilku berbisik mampukah aku menjalani semua ini?.
Pertengahan semester 1 aku memutuskan ngontrak di daerah deket kampus dan disitu aku mulai mengenal satu sama lain. Tidak ku sangka temen-temanku satu kota dengan ku. Aku mulai berkelut di dunia organisasi yakni organisasi ekstra dan organisasi daerah. Di sinilah aku mulai dengan dunia baru yang mana harus beradaptasi dengan orang-orang baru dari berbagai daerah bahkan luar pulau. Ikut organisasi sangat penting menurutku karena disitu banyak hal yang tidak kita dapatkan didunia kampus apa lagi diera pandemi seperti saat ini, sangat minim sekali mahasiswa memperhatika kuliahnya terkadang hanya titip absen setelah itu ditinggal tidur, main game dan lain sebagainya. Oleh karena itu kenapa penting mengikuti organisasi, karena selain membangun relasi, pengalaman, juga belajar bertanggungjawab, mandiri, ilmu tentunya, cara mencari permasalahan dan solusinya dalam tanda kutib, bukan mencari ribut ya! Wkwkw tapi, mencari isu masalah. Seiring berjalannya waktu dan roda kehidupan berputar hal-hal yang pernah kurasakan kembali kurasakan. Kesendiran, kesunyian menghampiri kehidupanku. Hidup ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Dengan kesederhanaan, dan segala kekurangan aku mulai menapaki hidup ini tanpa kedua orang tua. Ketika bersama orang tua dan sanak saudara, walaupun sederhana aku selalu merasakan kenyamanan dan kenikmatan tersendiri. Tetapi kini nyatanya mulai berbalik. Bersama diriku sendiri, segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Membuat segala yang mungkin menjadi mungkin. Apalagi di waktu Ramadhan seperti sekarang ini, kami anak perantauan sangat merasakan kesendirian yang biasanya makan berbuka dan makan sahur bersama keluarga sekarang tidak boro-boro dengan keluarga temen aja gak ada.
Demi masa depan dan mimpiku, aku harus rela meninggalkan kampung halaman, dan sanak saudara, terutama kedua orang tuaku. Tinggal dengan orang yang tak dikenal, dengan orang yang tidak punya hubungan apapun. Aku harus mengikuti alur kehidupan mereka agar bisa bertahan hidup. Ini merupakan pengalaman pertamaku tinggal bersama orang-orang asing. Namun, dari semua itu aku menyadari bahwasanya kidupan yang sesungguhnya tak seperti yang aku bayangkan, hidup yang kejam, melarat, dan berusaha bertahan hidup dengan bekal seadanya. Dua tahun berada di tanah perantauan kehidupan mulai terasa biasa-biasa saja, ternyata hidup ini tidak terlalu sulit apabila kita menikmati hidup apa adanya, menjalani dengan penuh keikhlasan, dan mensyukuri semua yang telah diberikan tuhan kepada kita. Bersosial dengan sesama, dan disiplin maka hidup tentram dan sejahtera.
NB :“Jangan menyerah atas impianmu, impian memberimu tujuan hidup. Ingat, sukses bukan kunci kebahagiaan, kebahagiaanlah kunci kesuksesan.” Semangat!
Redaktur: Mohammad Ingsul
Tim Redaksi
0 komentar