Tendensi ber-pmii yang ke-61 tahun
Oleh : Gita pamuji
Sejarah bukanlah sekedar peristiwa masa lalu yang tidak berkaitan dengan masa kini. Jika di ibaratkan , seperti air sungai sebelum bermuara ke laut air tersebut masih melewati bebatuan.
Ali Syari’ati.
Sepertinya statement dari tokoh tersebut dirasa paling pantas diletakkan pada awal tulisan, sebagai pembuka kerangka berpikir sahabat-sahabat agar supaya di sadarkan akan pentingnya mengingat sejarah. Sedikit seruan dari penulis, melupakan sejarah bukan hanya tentang tidak merayakan hari lahir. Melainkan, melupakan tujuan organisasi, nilai-nilai itu sudah merupakan sejarah berdirinya sebuah organisasi. 17 April kemarin adalah harlah PMII, tidak kurang jumlah para kader telah merayakan hari besar tersebut, dengan cara mereka masig-masing.
Sahabat, ada yang harus kalian ingat, 17 April bukanlah hari lahir manusia, melainkan kelahiran sebuah organisasi. Rumah proses yang di dalamnya terdapat ideologi, nilai, dan ajaran sebagai pembela kaum mustadz afin. PMII adalah benda mati, keutuhan ideologi juga nilai ini tergantung kader bisa atau tidak memperjuangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pada usianya yang sudah bisa dibilang cukup tua, seharusnya kader PMII sudah lebih matang dalam berpikir dan bertindak untuk meanjutkan cita-cita luhur para pendahulunya.
Sedikit mengingatkan Kembali tentang tujuan pmii “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan senantiasa bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta berkomitmen memperjuangkn cita-cita kemerdekaan Indonesia”. PMII lahir untuk menjawab tantangan zaman, bertambah tahun tentunya berbeda tantangan yang di hadapi. Sedikit di Tarik ke belakang, muara awal PMII lahir sudah terdapat pro-kontra anyara kalangan internal NU dan Eksternal NU tentunya dengan berbagai pertimbangan yang menjadi alasan.
Ada banyak hal yang harus kita semua pahami sahabat, perkembangan PMII dari masa ke masa tentunya cukup rumit, bahkan di awal berdiinya banyak problem dan begitu sulitnya memperkenalkan kepada masyarakat Ketika organisasi ini masih baru. Kemudian dengan usia 61 tahun ini tantangannya lebih rumit, dengan kuantitas kader yang begitu banyak namun tak memahami sebenarnya kemana arah Gerakan PMII, tidak paham nilai-nilainya, dan kemana arah prosesnya. Maka dalam hal seperti ini solusinya adalah para kader harus di berikan pemahaman terkait sejarah berdiri, tujuan, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam organisasi ini.
Sahabat, PMII mengajarkan kita tentang banyak hal. Diantaranya, adalah Pergerakan, kemahasiswaan, keislaman, dan keindonesiaan (kebangsaan). Pergerakan ataupun movement, mengandung beragam pemaknaan, baik itu tentang hijrah, dinamika, dan pergeseran yang mampu mengacu arah kegagalan menuju keberhasilan, keburukan menuju kebaikan, melalui beragam usaha keras dan proses yang matang. Dalam hal Kemahasiswaan kader di tuntut peka terhadap realita sosial, sebagai pembela kaum tertindas dan pengembangan basis. Kemudian keislaman, islam yang menjadikan aswaja (Ahlussunnah wal jama’ah) sebagai metode berpikir dan bertindak. Keindonesiaan, PMII mengajarkan sikap nasionalisme terhadap tanah air, sehigga kader harus mengontrol dan menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara ini.
Dengan komplektifitas seperti itu, seharusya kader sadar akan pentingnya kualitas baik dari segi, moralitas, mentalitas, dan intelektualitas. Tri Motto PMII adalah dzikir, fikir, amal sholeh. Dzikir memang sudah seharusnya di lakukan oleh manusia sebagai makhluk yang afeksi, Fikir adalah suatu kewajiban sebagai makhluk kognisi, amal sholeh sebagai makhluk ealam berkonasi dan aksi. Aetinya apa sahabat, tri motto ini mengajarkan pentingnya berpikir sebekum bergerak.
Catatan releksinya adalah, PMII adalah organisasi tentang nilai, mengikuti kultur-kultur terdahulu (kultur baik). Jadi, dalam hal ini kader tidak perlu menambah nilai, ataupun kultur yang sekiranya kontraproduktif, cukup memahami tujuan PMII, paham nilai, dan paham arah gerakan PMII. Proses yang baik secara nilai dan kultur, akan membentuk karakter kader, menjadi kader yang ideal-se Ideal gerakan (moral dan intelektual).
NB: jika ingin organisasi berkembang, rubah dulu pola pikir kader-kadernya.
0 komentar