Uang bukan segalanya. Namun, segalanya butuh uang. Siapa sekarang yang tidak butuh uang, rasanya tidak mungkin jika tidak butuh uang. Ya, mungkin masih ada yang tidak butuh uang. Tapi pasti itu kelompok minoritas. Toh, ujung-ujung larinya ke uang.
Uang kertas. Coba cek uang kertasmu di dompet ada berapa?, di kantongmu juga cek, di sakumu, di pecimu, di bawah bantal, di bawah kasur, di kamar, di ruang tamu, di kamar mandi. Siapa tahu ada.
Oke, anggap saja uang kertasmu sekarang ada 10 jt. Amin, sudah aminkan saja. Itu cuma anggapan. Bisa saja benar, bisa saja salah. Tapi, pernahkah sahabat berpikir uang kertas itu terbuat dari apa?. Yup yang namanya uang kertas pastinya dibuat dari kertas kan. Tidak mungkin dibuat dari sobekan kain, apalagi dari daun. Itu hanya akan ada dalam serial film mustahil, seperti peri, tukang sulap dan penyihir yang berhasil mengilusikan bahwa sobekan kain dan daun bisa diubah jadi uang dalam satu kali kedipan mata. Intinya ya mustahil.
Ngomong-ngomong soal mustahil ini. Pernah tidak sahabat berpikir sejenak tetang uang kertas yang 10 juta tadi. Coba cek lagi pelajaran SMP atau SD sahabat, soal uang itu punya nilai gitu. Ada nilai intrinsik dan ekstrinsik. Maksudnya nilai nominal mata uang itu sendiri dan nilai uang sebagai alat yang memiliki daya beli terhadap prodak atau jasa.
Coba sekarang uang kertas yang 10 juta itu sahabat bakar. Eh, pasti sayang banget ya. Eman banget ya. Pastinya begitu. Oh, iya kalian sudah terlanjur cinta ya pada uang kalian. Yang namanya cinta pasti "kan ku korbankan harta jiwa dan raga", demi uang pastinya begitu.
Soal pengorbanan cinta. Ehh, soal pengorbanan uang lebih tepatnya. Sudah pasti akan berbeda-beda setiap manusia dalam mengorbankan harta, jiwa dan raganya terhadap uang kertas. Jika melakukan tinjauan kecil terhadap manusia-manusia yang banyak menginspirasi saya, tentu saya akan mengklasifikasikan manusia-manusia tadi kedalam beberapa tipe. Tapi tujuannya bukan verifikasi, cuma biar sama-sama bisa berpikir saja atas kecintaannya terhadap uang kertas. Hitung-hitung nanti akan saling tukar informasi dan memperoleh pemahaman yang konkret tentang uang kertas.
Oke tipe pertama adalah tipa budak cinta uang kertas. Tipe ini ya selayaknya budak itu gimana. Dia seakan tidak berdaya tanpa uang, seakan-akan besok dunia akan berhenti berotasi dan berevolusi. Terus tertekan begitu, sehingga bukan hal sulit bagi tipe manusia jenis ini meninggalkan segalanya demi uang. Termasuk kebahagiaan yang luhur.
Tipe manusia yang kedua, adalah manusia setengah cinta pada uang kertas. Tipe ini, beranggapan bahwa cintanya pada uang kertas masih setengah-setengah. Yakin sekali bahwa uang bukan segala-galanya penentu hidup. Namun, juga khawatir jika hidup segala-galanya sekarang, kini dan nanti malah butuh uang kertas secepat-cepatnya. Termasuk membeli kebahagiaan yang multi interpretasi itu.
Tipe manusia yang ketiga adalah cinta setengah uang kertas. Ini diksi kira-kira hampir mirip dengan yang tadi. Tapi, saya konotasikan berbeda. Maknanya begini. Tipe manusia cinta setengah uang kertas adalah orang-orang yang memiliki epistemologi rendah soal uang kertas dan kepentingan dibalik uang kertas. Tipe ini juga khawatir jika tidak punya uang. Akan tetapi, sering kali dibuat gelisah terhadap literatur baik yang objektif sampai konspiratif, tentang uang kertas dan berbagai kepentingan dibelakangnya.
Tipe manusia yang keempat, adalah manusia yang memperbudak uang kertas. Tipe ini ekstrim menganggap uang kertas adalah ilusi kuasa semu. Menganggap bahwa uang kertas sebenarnya tidak memiliki nilai intrinsik dan ekstrisik. Yang ada pada uang kertas hanya konsensus beberapa elit untuk mencandu mayoritas manusia dengan tipe 1, 2 dan 3.
Abaikan jika kurang objektif.
Karena masih belia
Hasil analisis kecil Empirisme Religius
Redaktur: Ahmad Raziqi
Editor: Tajdid Hasan Abdillah
0 komentar