Revitalisasi akhlak sebagai aksentuasi kemanusian
Oleh: Sugianto/ Sugisme
Wahai manusia...
Engkau diciptakan hanya untuk meniti jalan ibadah
Menyelami laut syukur setelah berlabuh di dermaga nikmat semesta
Mensyukuri indahnya hutan dunia berbekal kuatnya tauhid-mu
Tiada lagi penuntun yang sebaik- baiknya selain kemulian akhlak
Istilah revitalisasi dalam dunia pendidikan, masih dianggap sebagai hal yang baru. Kata revitalisasi lebih kepada konteks ideology kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga sampai saat ini belum ada kejelasan yang baku, kecuali dalam rumusan leksikal saja. Revitalisasi lebih populer di dunian ketika Susilo Bambang yudhoyono menjabat sebagai preseden RI mengintruksikan kepada kementrian pendidikan nasional agar melakukan revitalisasi pendidikan dalam pidatonya menyambut hari kemerdekaan RI ke- 61 yaitu: bangsa yang memiliki pendidkan yang jelek, tidak akan maju. Bangsa yang maju adalah bangsa yang produktif, inovatif dan cerdas, disamping mempunyai akhlak dan kepribadian yang baik, sehat jasmani rohani, dan selalu rukun satu sama lain. (Tisna, 2014).
Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Dalam encyclopedia brintannica, akhlak disebut sebagai ilmu yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dan pengertian nilai baik dan buruknya suatu perbuatan. Kekuatan akhlak adalah kekuatan yang teramat penting dan luar biasa untuk dapat dijadikan daya Tarik untuk memikat banyak manusia didalam memahami islam. Sebagaimana di jelaskan dalam sebuah riwayat: “sesuatu yang paling berat dalam timbangan adalah akhlak mulia”.
Akan tetapi, akhlak yang didefiniskan sebagai tingkah laku mengenai baik dan buruk kita dapat mengfungsikan keduanya, artinya bagaimana kita memposisikan mengenai hal itu agar bisa mengemplementasikan dalam ranah kehidupan sehari- hari. Namun tidak dapat kita pungkiri relevansi akhlak dalam kehidupan manusia terkadang kita salah menerapkan sehingga motifnya berdampak pada sector sosial.
Akhlak yang baik dapat menumbuhkan nilai- nilai kemanusian yang bisa membangun sebuah tatanan hidup yang lebih baik dalam lingkup civil society. Nilai kemanusiaan yang baik akan menjadi cermin diri yang baik juga di mata masyarakat. Sesuai dengan apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya” (HR. At- Tirmizi). Dari hadist ini dapat kita petik ibrah betapa urgennya akhlak sebagai penggerak diri dari kesempurnaan iman yang menjadi point kemanusian.
Dalam islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu sebagai salah salah satu rukun agama islam. Dalam kaitan ini, rasulullah pernah ditanya, beragama itu apa? “beliau menjawab, “berakhlak yang baik” (HR. Muslim). Perannya akhlak dapat dilihat ketika melihat bahwa salah satu sumber akhlak adalah wahyu, (Rosihan, 2010: 23). Oleh karena itu, akhlak memberikan peranan yang sangat penting bagi kehidupan., baik yang bersifat induvidual maupun kelektif.
Pada dasarkan, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran syariat. Dengan demikian, tujuan akhlak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah membentuk kepribadian manusia yang memiliki akhlak mulia, baik secara lahiriyah atau batiniah. Sedangkan tujuan khusus akhlak adalah mendorong kita untuk mencapai akhlak mulia sebagai sesuatu yang paling urgen dalam agama. Bahkan akhlak lebih utama daripada ibadah. Sebab, tujuan agama adalah mencapai kesempurnaan akhlak.
Jadi, hemat penulis sangat menekankan pentingnya akhlak sebagai simulasi kehidupan manusia agar manusia ada batasan- batasan didalam berinteraksi dengan manusia lain yang dapat dikontrol dengan adanya revitaliasi akhlak itu sendiri. Karena akhlak merupakan sikap yang sudah melekat pada diri seseorang tentang baik dan buruk dan secara spotan diwujudkan dalam tigkah laku dan perbuatan.
0 komentar