"Relasi Kuasa dibalik Iming-iming Vaksin”
Oleh : Vina
Sudah memasuki tahun ke-2 semenjak virus covid hadir mewarnai kehidupan kita dari tahun 2020. Sampai sekarang juga belum dipastikan jika penanganan covid ini sudah berhasil karena masih banyaknya masyarakat yang terdeteksi positif dan sisanya masih belum pasti apakah kebal dari virus ini atau malah menjadi sasaran selanjutnya.
Melihat salah satu strategi pemerintah yaitu pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau lebih dikenal dengan PPKM juga masih dibilang lemah untuk mengatasi pelonjakan kasus covid.
Di beberapa kawasan Jawa-Bali yang lebih dulu diterapkannya PPKM hingga saat inipun masih saja terdapat kasus covid meskipun dinilai menurun daripada sebelum diberlakukannya PPKM tersebut.
Tetapi kita juga perlu untuk mengetahui apa yang sebenarnya bisa menjadi nilai tawar untuk segenap pihak bisa menjalankan perintah aturan protokol kesehatan guna meminimalisir peningkatan kasus covid. Dan salah satu program yang dapat dilakukan yaitu vaksinasi serentak.
Sejak ditemukannya vaksin dari beberapa negara baik dari China yang mengeluarkan produk vaksin jenis sinovac, Inggris dengan Astra Zeneca, dan varian vaksin lainnya yang dirasa bisa mengebalkan diri kita untuk melawan virus tersebut. Dalam liputan6.com WHO menemukan adanya vaksin palsu yang beredar luas di India yang dibuat oleh Serum Institute of India.
Vaksin dengan nama Covishield versi India merupakan vaksin yang luas digunakan di negara itu dengan jumlah 486 juta dosis yang diberikan.
Selain itu, sempat juga beredar info hoax terkait keberadaan vaksin palsu di Indonesia. Dari kejadian di atas kita dapat mengetahui betapa isu mengenai vaksin palsu menyeruak diberita yang mana hal itu bisa menjadikan masyarakat untuk enggan melakukan vaksinasi. Meskipun begitu rupanya tenaga kesehatan sebagai pihak yang terjun sebagai penyelenggara vaksin tetap tidak menyerah untuk melakukan penyuluhan dengan arahan pemerintah untuk menggalakkan vaksinasi ke seluruh pelosok negeri.
Vaksinasi tersebut ditengarai bisa menjadi daya dorong untuk herd immunity sehingga mampu untuk menurunkan kasus covid. Untuk menarik minat masyarakat maka hal itu bisa dilakukan dengan strategi tersendiri yaitu dengan iming-iming bantuan usai vaksin. Iming-iming yang sudah sering kita dengar seperti halnya kontestasi perpolitikan yang banyak dikaitkan dengan kasus politik uang.
Setali tiga uang vaksinasi juga memiliki kemiripan tetapi tidak begitu kentara karena disini vaksinasi menjadi hal yang pasti dengan begitu iming-iming hanya didapat jika seseorang mau untuk divaksin. Salah satu fenomena yang terjadi yaitu adanya pemikat dalam menarik perhatian masyarakat untuk vaksin. Hal itu menjadi salah satu trik agar siapapun dapat melakukan vaksin dengan tanpa paksaan dan sukarela.
Kita dapat mengetahui salah satu contoh pelaksanaan yang bertempat di daerah Jember tepatnya program kerja sama pemerintah provinsi Jawa Timur dengan kampus Uin Khas Jember dalam melakukan program vaksinasi yang mana diketahui melalui edaran pamflet terkait ketentuan dan persyaratan vaksin serta ada pemberian beras 2.5 kg usai mereka melakukan vaksin. Tidak hanya itu, di daerah lain yaitu Kediri juga memberi soto gratis untuk warga yang sudah vaksin.
Kita ketahui dalam proses vaksinasi tidak hanya dilaksanakan oleh pihak tenaga medis saja berkecimpung perihal penanganan kasus covid . Tetapi juga melibatkan pihak lain seperti adanya peran pemerintah dan juga melibatkan lembaga lain salah satunya lembaga pendidikan yaitu bekerjasama dengan pihak universitas yang ada.
Hal itu yang sebenarnya perlu kita ketahui jika dibalik minat para pevaksin tidak terlepas dari peran relasi kuasa. Tidak cukup jika hanya mengandalkan program itu melalui pihak tenaga kesehatan saja yang bekerja tetapi perlu didukung oleh pihak yang lebih berkuasa untuk memberikan wacana untuk mempengaruhi kekuasaan yang mereka jalani.
Hal itu selaras dengan pendapat Foucault jika pengetahuan dan kekuasaan itu terikat relasi. Di mana ada hubungan yang akan berpengaruh pada kekuatan yang dipunya. Relasi kuasa diterima dengan mudah jika disokong menggunakan pengetahuan yang benar. Relasi kuasa itu semakin kuat ketika wacana dan pengetahuan saling berkoneksi untuk mempengaruhi pihak yang menjadi sasaran.
Kegiatan vaksinasi akan terus digencarkan dengan kebenaran yang di produksi karena setiap kekuasaan menghasilkan dan memproduksi kebenaran sendiri, melalui kemampuan untuk mempengaruhi khalayak yang digiring demi mengikuti kebenaran yang ditetapkan tersebut. Disini kekuasaan selalu berpretensi menghasilkan rezim kebenaran tertentu yang disebarluaskan oleh wacana yang di bentuk demi meningkatkan apa yang menjadi tujuan.
0 komentar