JALAN TERJAL TERMINAL MAHASISWA
Oleh : Sugianto
Agen of change inilah kira-kira yang menjadi titik pengikat dan menjadi ciri khas mahasiswa. Mahasiswa yang kita kenal sebagai pelajar yang menduduki predikat tinggi di banding siswa, predikat inilah menjadi dasar sebuah pembeda dari jenjang pendidikan. Namun perbedaan sebuah tingkatan tidak menjadikan mahasiswa dan siswa ada sekat dalam taraf belajar sebab apapun tingkatannya dan bagaimanapun persoalannya tetap yang namanya belajar kita berangkat dari keingintahuan.
Kata mahasiswa sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, dua kata yang tak dapat di pisahkan dari subtansi yaitu antara maha dan siswa sebagai kesatuan kata yang mempunya makna serta pengertian yang sudah permanen di perguruan tinggi. Mahasiswa mempunyai peran yang sangat penting sebagai salah satu mobilisasi perubahan, lokomotif sosial, serta pencerah penegetahuan. Hal inilah yang mendorong mahasiswa menjadi pintu awal sebagai pendobrak perubahan tersebut. Namun di samping itu, suatu perubahan tidak semudah kita membalikkan telapak tangan dalam mencapai persoalan itu, berbagai rintangan dan halangan yang dapat di laluinya untuk bagaimana kemudian bisa memberikan tindakan dan income yang bagus terhadap perubahan.
Mengingat bahasa Napoleon Bonaparte bahwa suatu kedigdayaan sebuah peradaban tidak terlahir dari sesuatu yang enak, namun kedigdayaan itu terlahir dari keringat, darah, nanah, dan air mata. Kira-kira adagium ini menjadi kran sebagai refleksi megingat sebuah perjuangan bukan hal yang mudah namun, butuh lika-liku perjalan mulai dari hal yang kecil sampai yang terbesar. Tentu persoalan ini mahasiswa peka dan bisa mencari solusi bahwa suatu kesadaran dan keingintahuan poinnya adalah tindakan. Soalnya, tidak ada sutau perubahan hanya di adili dengan argument saja namun sebuah perubahan selalu di bungkus dengan action.
Tidak hanya beban agen of change yang menjadi tugas mahasiswa. Namun persoalan yang lebih urgen adalah bagaimana kemudian mencapai kewajiban akademisi yang menjadi awal kita di sebut mahasiswa. sehingga persoalan tentang penerus perubahan menjadi tanggung jawab moral tanpa kita sadari melekat dengan sendirinya dalam batang tubuh mahasiswa. Perjalan hidup mahasiswa sudah kita ketahui bersama bahwa sebuah keharusan dan kewajiban tidak dapat di pisahkan dalam tugasnya sebagai akademisi. Berbagai macam tugas menjadi jalan mahasiswa untuk selalu belajar dan belajar. Jalan terakhir mahasiswa tidak lain adalah menunggu kabar wisuda serta menanti di pasangkannya mahkota toga sebagai garis finish beban moral yang di emban selama beberapa tahun sebelumnya.
Namun penulis ingatkan kembali bahwa sebuah perjuangan untuk mencapai jalan puncak tidak semudah mahasiswa datang lalu pergi kuliah. Tapi berbagai macam perjalan yang di lalui seakan-akan menjadi lukisan sejarah menuju terminal mahasiswa mulai dari proses akademisi yang sering di sibukkan dengan tugas, mengurusi data habis semesteran, serta tugas akhir (skripsi) inilah perjalan arah kampus yang menjalakan mahasiswa menuju puncak masa depan.
0 komentar