Siapakah paling berjasa?
               Oleh : Muhammad Ingsul

               Sejarah mencatat kenapa hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember? Tanggal 22 Desember merupakan diselenggarakan kongres perempuan pertama yang di tetapkan oleh Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno melalui Dekrit Presiden nomer 316 tahun 1959 yang ditetapkan pada tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Peristiwa ini ditetapkan langsung di Yogyakarta tahun 1928. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia.
                Namun, masih banyak orang beranggapan bahwa seorang ibu atau perempuan hanya boleh berkutat dalam urusan rumah tangga. Pemikiran ini sudah berakar hingga saat ini. Dimasa kolonia, hanya anak laki-laki yang boleh mengenyam pendidikan sementara perempuan dilarang. Karena pendidikan bagi perempuan dianggap tidak penting karena tetap berakhir ke dapur.
              Perempuan selalu dikonotasikan sebagai manusia pekerja domestik (homemaker) yang dinilai tidak dapat berkontribusi secara aktif diluar rumah sehingga perannya tidak lebih dari sekedar mengurus dalam rumah. Di dunia kerjapun banyak posisi strategis yang aksesnya masih tertutup bagi perempuan.
            Perempuan dianggap tidak layak memimpin dalam pekerjaan karena dinilai sebagai makhluk yang tertalu menggunakan perasaan dan sulit untuk mengambil keputusan dengan baik. Perempuan selalu dikaitkan dengan kata, “sumur, dapur, dan kasur” walaupun wacana tersebut tidak dapat dibuktikan secara nyata karena banyak perempuan yang juga berperan aktif  dan mengambil bagian penting diranah produktif. Walapun pada kenyataan, secara mendalan perempuan masih terus diklaim dengan “sumur, dapur, dan kasur”.
              Pada akhir-akhir ini, kiprah seorang perempuan diranah produktif mulai menunjukkan eksistensinya. Bisa kita lihat bagaimana perempuan dilibatkan secara aktif bekerja di semua lini. Misal mulai dari bidang sosial, ekonomi, politik hingga agama. Semua itu sudah dapat mengandalkan perempuan sebagai sumber daya manusia yang produktif dan andal. Meski banyak hal yang masih membelenggu perempuan dalam kiprahnya di ranah produktif. 
            Perempuan masih terbelenggu dengan budaya, mitos dan jauh dari kata kompetensi yang sehat diranah produktif. Banyak yang masih berangggapan perempuan yang bekerja di ranah produktif  akan kesulitan mengambil kebijakan ditimbang laki-laki, meski kompetensinya melampaui laki-laki. Begitu pula dari sisi agama, perempuan menjadi seorang pemimpin masih dianggap hal yang tabu dan menyalahi kodratnya.
Namun, tidak diragukan lagi bahwasanya peran perempuan sangatlah besar dalam berbagai bidang. Baik dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi, bahkan peran perempuan telah kita ketahui diranah publik, seperti contohnya politik. Pada era globalisasi seperti saat ini kita semu tahu bahwa perempuan merupakan mitra yang sejajar dengan kaum pria dan juga telah mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan keluarga khususnya.
              Berkat adanya emansipasi dan perjuangan kaum perempuan yang telah dirintis oleh beberapa tokoh seperti R.A Karini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Aisyah dan Khodijah dan sabagainya, membuat kaum perempuan tidak dipandang hanya mengurus tugas dan kewajiban didalam lingkungan rumah tangga, yang tidak perlu bekerja secara profesional diluar tugas tersebut. Namun, mempunyai kewajiban serta kesempatan yang sama dengan kaum pria dalam pembangunan disegala bidang. 
               Maka dari itu peran perempuan diera globalisasi ini bukanlah hal yang tabu untuk melakukan aktivitas yang diluar perkiraan perempuan, namun masih dalam batas-batas yang wajib diperhatikan.
Perubahan ini telah memberikan kesempatan baik bagi perempuan, tidak saja dalam hal untuk memperoleh kesempatan dan hak yang sama dengan pria, seperti bidang pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga kesamaan dalam kesempatan untuk memimpin didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagaimana contohnya ibu Faidah, Khofifah, ibu Risma dan lain sebaginya, hal ini merupakan suatu contoh bahwasanya seorang perempuan juga mempunyai hak dan peran untuk menjadi pemimpi. Karena peran perempuan tidak saja untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin.
             Dengan terciptanya kesempatan perempuan memegang peranan sebagai kepemimpinan dapat membawa dampak yang positif yaitu permasalahan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya perbedaan (diskriminasi) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian perempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses yang sama dalam kepemimpinan. Hal itu ditandai dengan perempuan yang mampu memberikan suara, berpartisipasi dalam pembangunan negara yang lebih baik. Dalam kepemimpinan terutama dalam pembangunan sekarang ini, perempuan sangat dibutuhkan terutama dalam segi pemikiran dan kreasi untuk pengembangan dalam mewujudkan tujuan.
           Dengan demikian perempuan mampu mengikuti derap langkah dan lajunya pembangunan nasional seirama dengan kaum pria sebagai mitra sejajar tanpa meninggalkan harkat, martabat, dan kodratnya sebagai perempuan.
Tentunya sudah tak asing lagi bagi kita tentang tanggal 22 Desember, bahwasanya 22 Desember merupakan hari ibu sedunia. Apa alasan hari ibu kita rayakan? Hal ini bukan tanpa alasan, karena pada kenyataannya kasih sayang ibu selalu menyayangi kita bahkan sampai akhir hayatnya. Jasa-nya tidak bisa dibayar dengan apapun dan tidak terhitung banyaknya, sejak kita dalam kandungan sampai kita lahir kedunia dan pertama kali menangis, sang ibulah yang menyambut kita dengan kebahagiaan dan penuh harapan.
            Semua orang tentunya memiliki sosok yang sangat penting dalam hidupnya. Seseorang yang selalu memberikan yang terbaik, seseorang yang mengorbankan hidupnya untuk kita dialah sang ibu pemilik mutiara hati yang tidak pernah mengharapkan balasan apapun atas pengorbanannya. Walaupun bersusah payah membesarkan anaknya. Ibu merupakan tempat dan madrasah pertama untuk anak-anaknya. Kata ibu mempunyai banyak arti yang berbeda bagi setiap orang.  
               Ada yang beranggapan bahwa ibu adalah sang penyelamat, sang malaikat kecil. Bahkan satu kata ibu bisa mengandung seribu makna. Karena jasa-jasa itulah layak kita berikan penghormatan kepada para ibu atau kaum wanita di dunia ini. Maka dibuatlah hari yang disebut hari ibu karena jasa dan pengorbanannya sekalipun tak pernah cukup dengan sehari tanpa adanya bakti sepanjang masa.