Oleh : Ahmad Nur '18

         Pergantian detik, menit, jam bahkan tahun yang kali ini ditutup dengan makan sate kambing dilengkapi sebatang rokok surya. Hal ini merupakan konsep abstrak pembagian waktu yang dibuat dengan menghitung mengikuti pensesuaian perputaran bulan mengelilingi Bumi (qomariyah/Hijriah) ataupun perjalanan bumi mengelilingi matahari (syamsiah) yang sering kita sebut dengan kalender Masehi. Dan saat kita menyadari perputaran waktu tersebut, maka pernahkah kita merenungi, siapa yang mengatur perputaran tersebut?

          Kata waktu terdapat dalam beberapa ayat dengan berbagai term untuk menjelaskan konsep waktu, kata yang berbeda itu misalkan,  Kata "ajal" dengan ini waktu mempunyai makna bahwa segala sesuatu memiliki batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang kekal kecuali Allah Swt. Selanjutnya waktu juga disebut dengan "dahr" , yang bermakna bahwa segala sesuatu pernah tiada, dan menjadikan segala sesuatu terikat oleh waktu (dahr), lalu  waktu juga disebut dengan "waqt" yang memiliki makna sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan.

          Dengan makna-makna ini kita dijelaskan adanya pembagian waktu yang dialami seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya sebagai acuan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditentukan. Kata "ashr" juga membahas konsep waktu yang memberikan kita pemaknaan bahwa waktu yang ada harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin agar kita tidak mengalami kerugian. 
 
          Dan bagi masyarakat ekonomi waktu ialah alat hitung produktifitas yang dicapai. Karena itulah, waktu dikatakan sama dengan uang. Dalam perspektif manajemen, rentang waktu digunakan untuk membuat perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi serta target yang ingin dicapai. 

          Maka Euphoria memperingati akhir tahun dan merayakan masuknya tahun baru pada esensinya adalah merefleksikan seberapa manfaat waktu yang telah kita lalui, apa prestasi yang kita telah raih dan progresifitas apa yang telah kita perbuat serta hal apa yang perlu kita siapkan agar sisa waktu yang kita miliki menjadi lebih berarti. 

          Sebagai insan Ulul Albab yang harusnya bersungguh-sungguh dalam belajar, konsisten (istiqamah) cerdas, dan mengembangkan ilmu di masyarakat, diharapkan bersedia merenungi QS. Al-ashr 1-3 yang artinya, “Demi massa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. 

          Dari ayat ini kita dapat mengambil hikmah bahwa kita saat ini sedang merugi, kecuali jika kita berada di empat kondisi yaitu : 
1. Ber-iman kepada Allah, dalam hadits Rasululullah shallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dijelaskan bahwa :
                   نِيةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ 
 “niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya” 
          Maksud dari hadis tersebut artinya sejak kita menyatakan beriman kepada allah, maka sejak itulah I’tiqod (keyakinan) kita bernilai ibadah. Selain  itu kita semua senantiasa berusaha memperbaiki kualitas terhadap Hablumminallah, terutama dalam menjalankan roda-roda organisasi “Bintang Sembilan”, nilai-nilai spiritualitas dan religius jangan sampai terabaikan.

2. Mengerjakan kebajikan, juga harus didukung dengan perbuatan yang positif (beramal sholeh), salah satunya tidak saling hasud agar tidak menimbulkan perpecahan dalam hal berorganisasi.  Bagaimana tetap mengupayakan terjadinya persatuan,  mengamalkan dasar, arah-arah, dan nilai-nilai organisasi. Oleh karena itu, “Jika kita akan berperan aktif dalam suatu organisasi, harus mengetahui kepada dasar dan arah tujuannya, latar belakang pembentukannya, aksi pergerakannya, susunan pengurusnya, tata cara di dalam menjalankan politik dan berbagai asumsi lainnya” (KHR. As’ad Syamsul Arifin).

3. Saling menasehati hal-hal baik, artinya saat berproses di organisasi “Buru Kuning” bukan untuk saling menjatuhkan, mencemooh namun saling menguatkan, mengingatkan dan memotivasi dalam hal kebaikan.
 
4. Saling menasehati untuk sabar. Saat menghadapi dinamika proses, pastinya menguji kesabaran, sabar bukanlah sikap pasif, defensive, bertahan berdiam diri. Namun, sabar merupakan sikap aktif untuk selalu menjalakan proses-proses yang ada di organisasi. Karena loyalitas dan militansi terhadap organisasi itu dibuktikan saat kenyataan tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki. 

Ala kulli hal,  tulisan ini hanya sekedar “coretan” yang menjadi bahan renungan bagi penulis. 
Wallahu a'lam bishawab.

Editor : R. B