Muharram: Reaktualisasi Nilai-Nilai                                 Pergerakan
                      Oleh: Nikma_Fazs

       Perayaan Muharram tahun baru Hijriyah yang bertepatan pada tahun 1444 H menjadi momentum istimewa, setelah 2 tahun sebelumnya tahun baru umat Islam dibayang-bayangi ketakutan. Ketakutan akan datangnya kematian merupakan ketakutan terdahsyat dalam hidup manusia. Mulai minimnya kasus Covid di Indonesia, hingga dibukanya kembali kran ruang publik oleh pemerintah tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam, meskipun kondisi ekonomi masih berada di bawah bayang-bayang resesi akibat Perang Ukraina dan Rusia. Namun hal tersebut, tidak mengurungkan niat umat Islam untuk merayakan penyambutan tahun baru Hijriyah, khususnya di negara Indonesia yang notabene beragama Islam. 
       Budaya kearifan lokal "pawai obor" menjadi ikon penyambutan tahun baru Islam yg diadakan hampir di setiap desa di Indonesia. Betapa bahagianya datang tahun baru yang dinamakan bulan suci Muharram dengan berbagai peristiwa penting yang pernah terjadi dalam lintasan sejarah Islam. Tentu, tahun baru menjadi momen bagi setiap orang untuk berpijak melangkah ke kehidupan yang akan datang dan lebih baik daripada sebelumnya. 
       Berbagai harapan dan impian digantungkan untuk bisa tercapai di tahun baru. Maka, dalam momen Muharram ini, kita sebagai insan pergerakan harus melakukan pergerakan-pergerakan yang mengarah pada perubahan positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . Khususnya para pemuda sebagai the agent of change dalam kehidupan bernegara. Stagnasi, arogansi dan egoisme harus kita tinggalkan. Budaya-budaya keilmuan, budaya nalar kritis harus kita tumbuhkan sebagai wujud kontribusi mengisi kehidupan di tahun yang baru. Selaras dengan hal tersebut, nilai-nilai pergerakan yang selama ini sering dilupakan harus teraktulisasi kembali agar lebih membumi.
       Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang merujuk kerangka Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) harus teraktulisasi dalam bentuk nyata sebagai wujud dari pergerakan mengisi ruang Muharram yang suci. Aktualisasi nilai-nilai pergerakan tersebut bisa kita internalisasikan dalam:
1. Tauhid
     Dalam konteks kehidupan saat ini, Tauhid bukan hanya dimaknai sebagai bentuk kepercayaan kepada Allah SWT. Namun, pemaknaan yang lebih humanis dan membumi jauh lebih arif. Artinya, memaknai Tauhid bukan hanya meletakkan Allah sebagai Kholiq, namun Allah harus ditempatkan sebagai hal paling utama dalam kehidupan. Rujukan kehidupan manusia adalah Allah SWT. Sehingga, Tauhid ini bukan hanya terwujud dalam kegiatan ritual semata, namun lebih kepada internalisasi nilai-nilai ajaran al Quran dan hadits yang lebih membumi. Sehingga, wujud nyata dalam dunia pergerakan bukan hanya sekedar melaksanakan rutinitas ibadah semata, namun juga memberikan dampak bagi kehidupan sekitar.

2. Hablumminallah
     Tak lepas dari makna Tauhid di atas, kita sebagai insan pergerakan harus menjaga hubungan dengan Allah bukan sekedar mengenal Namanya, menyembahnya dalam ritual dan menyanjungnya dalam kalam. Namun, harus selalu menjaga dan membawanya pada setiap pergerakan yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar pergerakan kita tidak liar dan tidak keluar dari cita-cita founding fathernya. Ibadah yang menjadi tujuan diciptakannya manusia memiliki makna yang luas, bukan sekedar implementasi 5 rukun Islam. Namun juga semua aspek kehidupan. Setiap pergerakan yang dilakukan dalam konteksnya adalah bentuk ibadah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

3. Hablumminannas
     Nilai ini merupakan kelanjutan dari nilai yang pertama. Jika hablumminallah kita sudah bisa terimplementasi, maka sangat mudah untuk mewujudkan hablumminnas. Hubungan kita dengan makhluk yang sama harus terharmonisasi dengan baik agar kedamaian senantiasa terjaga. Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT, hanya tingkat ketakwaan yang membedakannya. Maka, dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia, nilai-nilai taawun harus kita kembangkan. Aktualisasi dalam pergerakan berupa saling menghargai, menghormati, menjaga dan berkolaborasi. Tidak ada dominasi dalam kehidupan, karena dalam pergerakan harus memberikan kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat.
4. Hablumminal'alam
     Senantiasa bergerak untuk menjaga keseimbangan alam merupakan nilai yang harus terus dikembangkan. Mengingat digitalisasi yang mengubah tatanan kehidupan. Alam tak lagi ramah karena ulah manusia. Sistem linear economy telah banyak membuat alam tak bersahabat dengan manusia. Momen Muharram ini, dunia pergerakan harus memiliki konsep jelas tentang Gerakan World Safety untuk menjaga ritme kehidupan di bumi. Konsumerisme sebagai wujud nyata dari linear economy telah menimbulkan berbagai persoalan di bumi ini. Maka, sustainable development sebagai cita-cita bersama di dunia, harus bisa tercapai dengan tawaran-tawaran konsep dari dunia pergerakan.
       Nilai-nilai pergerakan di atas, harus kembali kita aktualisasikan secara nyata. Agar nilai-nilai tersebut tidak hanya menguap di ruang-ruang pelatihan semata. Momen Muharram, menjadi momen muhasabah untuk kembali bangkit, menyadarkan diri. Bahwa seorang insan pergerakan harus selalu bergerak dan berkontribusi untuk kemashlahatan umat. 

Salam Pergerakan!! 

Jember, 01 Muharram 1444 H
Ditulis dalam rangka membangkitkan semangat pergerakan tanpa jeda dan sebagai pemantik Pra-Diklat Alienasi.


Layouter : Subhanallah
Editor : R. B