Oleh : Lisa Wati

          Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan pertanyaan tentang kemerosotan ekonomi yang akan terjadi tahun depan. Dia mengatakan resesi yang akan datang dapat menyebabkan inflasi besar-besaran. Namun, apakah informasi tersebut benar? Pasalnya, informasi yang beredar telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, khususnya para pencari kerja dan mahasiswa pascasarjana tahun 2023. Apa yang akan Anda lakukan ketika mendengar informasi tentang resesi 2023 ini?
Apa sih resesi ekonomi itu ?....

         Menurut laman sikapiuangmu.ojk.go.id, Resesi diartikan sebagai kondisi ekonomi suatu negara yang memburuk akibat turunnya produk domestik bruto, meningkatnya pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal berturut-turut. 

          Dikutip dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan II 2022 sangat impresif di tengah krisis dan ketidakpastian global. Hal ini didukung oleh evolusi konsumsi, investasi dan ekspor. Dibandingkan negara lain, Indonesia mencatat tren pertumbuhan sebesar 5,4% pada triwulan II 2022, naik dari triwulan I 2022 yang sebesar 5%. Tren perlambatan tersebut diamati oleh sebagian besar negara, seperti Italia, Prancis, Jerman, China, dan Amerika Serikat. 

Dikutip dari Badan Pusat Statistika (BPS) Perekonomian Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun 2022 mencapai Rp 4.919,9 triliun dan atas dasar harga konstan pada tahun 2010 sebesar Rp 2.923,7 triliun. Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,44% (year-on-year) pada triwulan II 2022 dibandingkan triwulan II tahun 2021.

Beberapa penyebab resesi sedang terungkap. Beberapa penyebab yang dapat memicu terjadinya resesi antara lain goncangan ekonomi yang tiba-tiba seperti dampak pandemi COVID-19, akumulasi utang, panic terhadap asset yang dimiliki, inflasi yang tinggi atau deflasi yang berlebihan, dan perubahan teknologi yang mempengaruhi peran manusia dalam pekerjaan.

        Yang paling mengkhawatirkan adalah dampak resesi setelahnya. Karena resesi, permintaan produk ekspor dapat menurun, yang juga mengurangi pendapatan pemerintah. Dampak kedua, nilai tukar rupiah akan semakin melemah karena investor menarik uang mereka dari pasar obligasi dan saham dan beralih ke investasi yang lebih aman, seperti emas. Dampak ketiga adalah kenaikan suku bunga, yang memperlambat ekspansi bisnis. Dampak keempat adalah pengangguran yang lebih tinggi dan pekerja cenderung menerima pemotongan gaji dan tunjangan. Dampak resesi yang terakhir sangat mengancam masyarakat adalah kenaikan harga kebutuhan pokok termasuk makanan, kehilangan pekerjaan, kenaikan harga energi dan meningkatnya angka kemiskinan. 

Dikutip dari pakar perbankan, keuangan, dan investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara, PhD, memberikan tips dan trik untuk mengelola keuangan pribadi dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi 2023 ini. Wayan terutama mencari alternatif penghasilan tambahan selain gaji tetap. Kedua, identifikasi ulang item pengeluaran. Pada saat yang sama, cari celah untuk menghemat pengeluaran yang lebih kecil. Investasi yang tepat untuk mengantisipasi merebaknya krisis ekonomi global adalah dengan mengalihkan bobot dari reksa dana ke aset investasi yang tergolong aman . Ia mencontohkan jenis investasi yang bisa dilakukan dengan aman, antara lain deposito, emas, surat berharga yang diterbitkan pemerintah. Jika Anda ingin berinvestasi di saham, ini menunjukkan bahwa lebih baik berinvestasi di saham yang termasuk dalam sektor industri defensif, yang dapat bertahan meskipun krisis.

Lantas apakah semengerikan itu tahun 2023 ?