Oleh : Dvh-prmtsr & Taufikurohman

Bisik Rakyat
Hari silih berganti, waktu senantiasa bergulir
Huru-hara dunia lalu lalang yang terdengar sumbang
Angin-angin kehancuran berhembus disekujur badan
Mata berderai, air mengucur, tiang-tiang keadilan runtuh didepan
Payung yang meneduhkan seakan hanya berpihak pada keangkuhan
Sosok Panji penggerak negara, namun boneka yang dipermainkan
Miris, keadaan negri tak lagi baik, zaman mengutuk waktu terhenti

Disudut belahan negri, kala penguasa bersuka hati
Kami tersingkirkan, mengais sisa makanan tuk keluarga tak berkecukupan
Menjahit setiap pakaian untuk selimut kala kedinginan
Merapikan bilah-bilah bambu, penyangga gubuk tempat berteduh,
Dari terik mentari yang membakar tubuh

Keadilan! kesejahteraan! kedamaian!
Sorak para rakyat nusantara
Yang mengikis suara hingga tak tersisa
Namun sayang, pengorbanan tak berbuah harapan
Masih lekat membeku, kerja bakti pengumbar janji palsu

Diam-diam merintih menahan rasa sakit
Mata terus membuka,memandang pejabat berpangku tangan
Suara lirih yang enggan didengar, hingga jasad harus menjadi bangkai dipelupuk mata
Tanpa belas kasih rasa empati, membuat irigasi namun darah yang mengalir

Apa yang sudah terjadi?
Semakin berkembang, zaman semakin kejam
Yang tadinya dari rakyat untuk rakyat
Kini membabi buta menghantam rakyat
Dengan segala omong belaka

Mahkota diatas kepala seolah menjadikannya tuli
Realita kehidupan dengan ekspektasi kekuasaan diri
Saling bertolak dalam kebenaran, merampas ketentraman demi ketenaran

Entah apa yang harus dilakukan?
Dengan apa harus diperjuangkan?
Mati rasa atas penderitaan, 
Teramat lelah menanggung ke egoisan
Boneka-boneka candala berwajah pion negara 

~~~~~~
Secarik kertas kutemukan usang dilaci meja, mengingatkan akan ironi kekuasaan. Gempuran tiap gempuran mengatasnamakan perubahan dan kemajuan zaman, alih-alih mensejahterakan rakyat. Kursi empuk yang tengah diduduki seakan menjadi pengalih tujuan awal dalam berbakti. Hamburan uang berlimpah, sanjungan berharga, status menjulang menjadi aset yang menggiurkan. Sumpah serapah yang dulu dilantunkan sontak terlupa oleh gemerlap singgasana politik negara. Janji untuk mendamaikan dunia menjaga keharmonisan masyarakat berhembus hilang bersama semilir angin sepoi yang menyejukkan. Jejeran sloki berisi teh rempah di meja bundar warisan nenek moyang bertukar maraknya serbuk racun yang memabukkan insan, melayangkan pikiran. Miris, keadaan negara yang tak lagi baik dizaman yang sudah canggih.

"Apa kiamat memang sudah dekat, hingga sosok semulia manusia tapi tingkahnya seraya binatang jalang" celetus laru geram yang sedari tadi scroll berita terkini namun yang terpampang hanyalah kasus pejabat negara yang menuai kontroversi.
"Husstt, pelankan suara mu ru! Ini perpustakaan" ucap Dipa yang terkejut mendengar suara laru bernada tinggi"
"Zaman yang sudah mendekati 5.0 dimana semua aktivitas hidup berdampingan dengan teknologi namun masalah negara masih itu-itu aja, seperti tidak ada habisnya. Bagaimana bisa seorang manusia yang disumpah untuk mengabdikan diri dan membela kebenaran justru terciduk di dalam kejahatan politik itu sendiri. Apa bumi ini kekurangan manusia-manusia jujur? Rasanya sayang sekali bila wakil rakyat yang membantai rakyat. Seakan suara yang kita berikan adalah sia-sia belaka" Gumam laru pada sahabat nya itu
"Entahlah ru, jangan kan di negara, dikampus yang merdeka ini saja rasanya masih ada tikus-tikus berjas yang menggerogoti hak-hak setiap mahasiswanya. Kita sebagai pemuda generasi bangsa lah yang harus merubah dan meluruskan ketimpang siuran ini. Disamping menuntut kalam kita juga harus sadar akan panggilan sosial, jangan hanya diam mendengarkan pemaparan dosen sembari membolak-balik lembaran kertas diatas meja. Perlu adanya tindakan nyata yang menggobrak semangat, menegakkan keadilan" Timpal dipa yang menyetujui argumen laru.
~~~~~
Mentari semakin tinggi, panas terik semakin menyentuh hangat permukaan kulit. Terlihat lalu lalang manusia penjilat buku berhamburan di area kampus. Tangan halus dipa yang seharusnya sudah sibuk menulis plot cerita di bangku kuliah justru tengah repot dengan genggaman kemudi sepeda motor yang tak kunjung hidup dari satu jam lalu. Pikiran yang sedang bersikeras menyalakan kendaraan beroda dua itu tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Ketua Persatuan Mahasiswa sekaligus pendiri Komunitas Pemberdayaan Rakyat Kota. Mengapa tidak, suasana yang tadinya hanya gemas dengan masalah motor kini harus geram dengan selembar undangan yang mengisyaratkan untuk terjun ke Medan demonstrasi guna menyerukan kritik terhadap putusan pemerintah.

(Aula kepresidenan Mahasiswa)
"Kita sebagai Mahasiswa yang dibekali akal untuk berpikir kritis menanggapi setiap persoalan negri, menentang atas putusan pemerintah yang sepihak, yang melangitkan kekuasaan pejabat namun mencekik perekonomian rakyat. Kami hidup dari jari tangan petani dalam negeri, tumbuh dari didikan pengabdi ilmu, hangat dari jahitan sayang pengrajin belahan kota. Namun selepas dewasa kami dipaksa tunduk atas ketetapan tak beradap. Kami, yang terlahir dari rakyat kecil tak meminta emas ataupun permata melainkan hanya secuil rasa kemanusiaan. Dengan susah payah generasi bangsa membangun pundi kebangkitan di tengah keterpurukan ekonomi masyarakat namun tikus-tikus berjas dikursi pemerintah tanpa rasa berdosa membiarkan beban rakyat begitu jasa. Kilau jabatan menyelimuti nurani pemerintah hingga enggan mendengar keluh kesah masyarakatnya. Hanya bualan basi yang terlontar tanpa pembuktian. Apakah pantas orang seperti itu mendapat kepercayaan dari rakyat kota, tak bisa kah sedikit saja membagi rasa nyaman hidupnya kepada orang lain. Ingat, matahari tak lantas redup hanya karna memberikan cahaya nya untuk menerangi alam semesta. Tidakkah cukup kehancuran yang dibuat karena ketamakan para aparatur negara, peredaran zat terlarang yang merajalela, cairan memabukkan yang membunuh setiap generasi muda bahkan umur paruh baya, hingga kekerasan tak terpuji di mata kepala ibukota. Dan sekarang ditambah dengan bumbu pungli yang kian mematikan taraf hidup masyarakat, perlahan namun jelas.Untuk itu mari kita satukan suara, besok tepat pukul 8 pagi bersama kita gaungkan, teriakan aspirasi terpendam di Gedung Pemerintah Kota. Dan sebagai ombak pemacu semangat ingatlah petuah silam dimana bung karno pernah berkata 'perjuanganku lebih mudah karena ,melawan penjajah perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.' "

Hidupkan Masa Demokrasi
Kurangi pungli dalam negeri
Hentikan peredaran narkoba zaman ini
Majukan ekonomi rakyat sendiri

Rakyat senang negara pun tenang
Hidup Mahasiswa!
Hidup Demokrasi Negara!
Kita Bebas Kita Merdeka!
 

Sontak para mahasiswa yang sedang berkumpul itu terbakar api semangat tak terkecuali dipa dan laru yang mendengar orasi ketua persatuan mahasiswa. Terlepas, setelah orasi selesai disampaikan banyak mahasiswa membubarkan diri untuk mempersiapkan demo besok pagi. Mulai dari membuat tulisan, mempersiapkan rute long march dan sebagainya.

Waktu senantiasa berjalan cepat tak terasa hari telah berganti, tepat pukul 8.00 pagi mahasiswa sudah beramai-ramai kumpul di depan kampus untuk melakukan aksi long march yang dipimpin oleh ketua persatuan mahasiswa. Deretan lagu – lagu perjuangan mulai diperdengarkan yang menambah semangat juang para peserta long march. Pukul 8.30 pagi aksi tersebut dimulai, visi misi komunitas buah  keringat mahasiswa gencar dibacakan, seru rintih masyarakat pun ikut berpartisipasi lewat penggalan tepuk tangan meriah disepanjang jalan. Dan banyak mahasiswa yang melakukan orasi di stand siaran. Selain orasi, nyanyian – nyanyian perjuangan juga tak luput di sandingkan, senantiasa disorakkan sehingga peserta aksi bertambah panas semangatnya. jam 9.30 aksi long march telah sampai di Gedung Pemerintah Kota. Tanpa banyak celoteh lagi cukup sepatah dua patah ketua aksi meminta akses masuk kepada pihak keamanan untuk menyampaikan aspirasi mereka, namun pihak keamanan tidak memberikan izin karena pihak walikota sedang tidak ada di dalam gedung alias berada diluar kota. Dengan meruaknya kabar tersebut tetap tak menyurutkan semangat para peserta long march sehingga mereka memutuskan untuk tetap menunggu Walikota. Namun ditengah teriknya api bagaskara dan ramainya degup orasi-orasi para peserta tanpa di duga mahasiswa-mahasiwa dari kampus lain datang. Mereka memberikan dukungan penuh dan tak gencar turut andil dalam pergerakan aksi hari ini.

Sehari semalam demi menuntut sebuah kebijakan akhirnya mendapati sosok yang dicari. Walikota mempersilahkan beberapa perwakilan peserta demonstrasi untuk masuk ke dalam gedung guna merundingkan apa yang mereka aspirasikan. Perbincangan hangat pun berlangsung, kurang lebih dua jam lamanya. Meski sudah berusaha sekuat tenaga dan pikiran akan tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Justru pihak walikota meluncurkan bantahan tak logis yang secara tak langsung menyuruh para mahasiswa untuk mundur. Tak terima dengan maksud baik namun dibalas kecaman itu membuat mahasiswa semakin protes atas kebijakan dan tanggapan pemerintah yang tak menganggap serius masalah pungli di kota. Mereka sang pemerintah kota berdalih itu hal lumrah yang sering terjadi di tengah padatnya perkotaan dan selama ini tidak ada laporan yang memberatkan terkait pungli itu. Bagaimana bisa itu terjadi, pasti ada yang mengganjal disini, pikir salah satu perwakilan mahasiswa. Tidak hanya itu, masalah peredaran obat-obatan terlarang juga sedang gencar merabak di kalangan masyarakat. Pemerintah hanya sekali dua kali mengusut kasus ini namun terhenti di tengah jalan, seperti ada hal yang ditutup-tutupi sehingga tak sampai tuntas perkara ini di ungkap. Skandal korupsi uang pemerintah pun juga ikut terseret. Lagi-lagi tak menutup kemungkinan sosok politikus cerdas terpikat oleh harta dan mengesampingkan masalah negara. Mereka tergiur oleh gemerlap kekayaan juga kuasa,  melanggar sumpah yang di ucap sendiri, tega menyakiti hati orang-orang banyak dengan harapan memperoleh hidup sejahtera. Sungguh miris, bagaimana kedzaliman dapat diberantas jika leader nya saja berbuat demikian. 

Kecamuk kekecewaan para mahasiswa terlihat jelas, harapan pupus di gedung pemerintah kota. Namun kegigihan para mahasiswa menjaga pemberdayaan masyarakat membuat aksi demonstrasi ini tak berhenti begitu saja. Kini seruak mahasiswa semakin sigap mengaungkan aksi ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka mengadakan aliensi ke rumah dinas pemerintah provinsi. Dan alhasil disana mereka mendapat dukungan positif. Perwakilan peserta long march tempo hari pulang dengan izin dan beberapa orang penting kepercayaan provinsi yang menemani. Orang-orang tersebut selain memiliki kekuasaan yang relevan, mereka juga berpengalaman menuntaskan kasus-kasus dalam kursi pemerintah yang kerap meresahkan rakyat.

Beberapa hari sidang digelar di aula kepresidenan Mahasiswa bersama para kaki tangan provinsi yang ditugaskan untuk menyelesaikan perkara ini. Ketua persatuan mahasiswa telah mengutarakan dengan gamblang segala dilema yang sedang terjadi di masyarakat mereka. Mendengar hal tersebut orang-orang suruhan provinsi, sebut saja begitu menyimpulkan bahwa dibalik terbengkalai nya masalah ini ada pihak berkedudukan tinggi yang terlibat didalamnya, layaknya tikus yang menggerogoti lumbung pak tani secara diam-diam. Tanpa ada perdebatan guna membuktikan simpulan tersebut para mahasiswa yang diwakilkan oleh laru juga dipa menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada orang-orang suruhan provinsi itu untuk menyelesaikan kasus ini. 
"Tapi, perlu rencana bukan untuk membuka kedok dari masalah ini" pikir Dipa di akhir sidang
Rencana?

20 Juli 2022, Sebuah karnaval kota sedang berlangsung, ajang dimana sebaik-baiknya pungli dan peredaran narkoba melancarkan aksi. 
"Dipa, lihat penampilan ku keren bukan?" Ucap laru
" Wih tumben," balas Dipa tercengang dengan penampilan baru laru
"Iya dong, ini kan bagian dari rencana kita." Timpal laru
" Hem iya sih, semoga dengan penampilan seperti ini kita bisa menemukan titik terang dari kasus pungli dan narkoba yang selama ini meresahkan masyarakat kota" balas dipa
" Hussttt, iya ya tapi jangan sampai ada orang yang mendengar perkataan kita ini." Ucap laru mengingatkan Dipa agar tak bicarakan rahasia di ruang umum.

"Pak, kita sudah siap" ucap laru kepada kepala pimpinan dari orang-orang suruhan provinsi, sebut saja pak pim
"Sip, sekarang kita berpencar dan ingat tetap jaga sikap supaya tak ada yang curiga! " Balas pak pim.

Semua yang terlibat dalam rencana ini pun berpencar ke sudut-sudut yang berpotensi adanya pungli ataupun peredaran narkoba. Ternyata benar saja, disalah satu stand makanan dan minuman dingin dijumpai beberapa orang yang terlihat clingak-clinguk seperti sedang mengawasi sesuatu. Dipa dan pak pim menghampiri stand tersebut, awalnya kita berpura-pura membeli minuman dingin dan duduk agak menjauh dari stand tersebut namun tetap mengawasi gerak-gerik orang-orang yang ada di stand itu. Merasa tak ada yang mencurigakan sekumpulan orang di stand tersebut akhirnya mengeluarkan sebuah serbuk dan beberapa pil yang di duga adalah narkoba. Mereka mengadakan transaksi jual beli obat terlarang. Tanpa sepengetahuan mereka, dipa berhasil merekam kegiatan itu dan langsung saja berlari bersama pak pim ke stand minuman tadi. Orang-orang yang ada di stand itu sontak merasa kaget dan panik bahkan diantara mereka ada yang berusaha melarikan diri namun karena ramainya acara karnaval sehingga orang-orang itu tak leluasa untuk kabur. Akhirnya sekumpulan orang tadi berhasil ditangkap dan di bawa ke kantor polisi terdekat. Mereka menjelaskan bahwa mulanya hanya disuruh untuk mengedarkan narkoba itu, selain uang hasil penjualan narkoba yang banyak mereka juga dijanji akan di berikan rumah serta tanah. Dan akhirnya mereka terpanah dengan tawaran itu dan bersedia menjadi pengedar narkoba. Ternyata dibalik pengedar narkoba tersebut masih ada dalang yang memainkan mereka. Pak pim menanyakan kepada mereka, siapa yang menyuruh mereka. Mereka pun menjawab dia adalah bos tanah terbesar dikota ini yang tak lain adalah sepupu dari walikota.

Disi lain laru dan beberapa orang suruhan provinsi masih menyelusuri tempat-tempat di sela-sela karnaval. Namun sampai sore hari mereka tidak menemukan apa-apa. Tidak adanya kegiatan pungli yang terjadi, apakah keluhan rakyat selama ini hilang dengan mudahnya? "Rasanya aneh sekali, ditempat yang sestrategis ini mana mungkin para penggorek pungutan liar itu tak beraksi." Gumam laru dalam hati

Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB, acara karnaval kota akan segera berakhir tapi sebelum selesai, acara akan ditutup dengan konser grup band asli dalam kota yang sangat terkenal dengan lagu-lagu pesan moralnya. Konser ini diadakan di depan gedung pemerintah kota. Laru dan Dipa tak ingin ketinggalan tentunya, mereka bergegas menuju gedung pemerintah kota, sampai di pintu masuk mereka di hadang oleh dua orang yang menggunakan masker. Dua orang tersebut meminta sejumlah uang mengatasnamakan uang keamanan konser. Dipa dan laru merasa heran tentunya, jelas-jelas di banner karnaval kota konser ini gratis dan terbuka untuk umum. Yang menjaga keamanan pun adalah pihak polisi, masa iya mereka minta bayaran dari masyarakat yang menonton bukan kah seharusnya itu sudah dirangkap oleh panitia acara karnaval dan pemerintah. Laru yang merasa keberatan dengan tarikan tersebut menolak memberikan uang kepada dua orang tadi. Meski Dipa berusaha meyakinkan laru agar memberikan saja uang itu agar segera bisa menonton konsernya tapi laru tetap bersikeras menolak. Dua orang penjaga tadi pun menyuruh Dipa dan laru untuk pergi, bahkan sempat mendorong laru dengan sedikit kasar.
"Apa apa an sih, kasar banget. Lagipula bukan salah ku juga. Hemm ini pasti ada yang gak beres " ucap laru menyumpal lirih
" Gak beres apa nya ru?" Tanya Dipa penasaran dengan ucapan laru barusan
" Ayok ikut aku dip." Ucap laru sembari menarik Dipa ke suatu tempat
" Ehhh mau kemana ru, konsernya gimana? " Balas Dipa yang sedikit kebingungan oleh tingkah laru

" Pak, pak, permisi apakah disini ada uang keamanan konser? " Tanya laru kepada salah satu polisi yang menjaga ketertiban konser. 
" Uang keamanan apa dek? " Polisi itu justru balik bertanya, Pak polisi mengatakan bahwa keamanan disini di dijaga oleh aparat polisi dan itu merupakan tugas yang diberikan oleh panitia karnaval. Untuk uang keamanan yang dibicarakan itu tidaklah benar, aparat polisi tidak pernah meminta uang sepeser pun kepada para penonton. Mendengar hal tersebut laru  sadar bahwa kejadian yang di pintu masuk barusan adalah bentuk dari pungli, laru pun segera menelpon pak pim dan mengabarkan hal tersebut. Tak lama pak pim pun datang bersama rekan-rekannya. Tanpa basa-basi laru menjadi penunjuk jalan bagi orang-orang suruhan provinsi itu menuju tempat pungli. Baik nya, dua orang penarik uang keamanan konser itu belum pergi dan dengan sigap pak pim pun menangkap dua orang tersebut. Pak pim sempat melontarkan pertanyaan kepada dua orang itu dan dua orang itu menjelaskan bahwa mereka selama ini yang sering melakukan pungli di masyarakat kota, alasan pungli nya pun beraneka ragam, seperti uang sumbangan, uang pembangunan jalan, uang ketertiban pasar, dan yang semalam uang keamanan konser. Tapi mereka tak hanya berdua saja menjalankan aksi ini, mereka di ketuai dan dilindungi oleh seseorang. 
"Siapa orang itu?" Tanya laru penasaran kepada dua orang tadi.
" Dia adalah orang penting di kota ini dan ciri khasnya adalah pin berbentuk Pedang yang senantiasa menempel disaku bajunya dan selalu mengenakan jam tangan berwarna hitam dengan liontin biru ditengahnya,... " Belum sempat orang itu menyelesaikan perkataannya pak pim memotong dan meminta dua orang tadi menjelaskan nya dikantor polisi saja. Laru dan Dipa hanya bisa mengiyakan perintah pak pim.
Laru yang masih penasaran dengan kata-kata dua orang tadi bersikeras memikirkan siapa kira-kira orang yang mendalangi permainan pungli ini dan berasa ingat sesuatu.

"Ru ayok buruan jalanya keburu konsernya habis" ucap Dipa mengagetkan laru yang berjalan lambat dengan lamunan nya
" Eeh eh iya dip" balas laru yang tersadar
Dipa dan laru akhirnya bisa menikmati konsernya, dan konser berlangsung kurang lebih dua jam.
Tak terasa kini sudah sampai di ujung acara.
"Huu, Alhamdulillah ya ru masalah dikota ini bisa selesai juga dan tinggal besok kita tahu siapa dalang dari permainan pungli yang sudah menyengsarakan rakyat ini." Ucap Dipa di akhir konser
"Hem ya dip." Balas laru 
Eits tapi di penghujung konser sebelum masyarakat pergi meninggalkan konser, tiba-tiba salah satu anggota dari grup band yang tampil mengundang walikota untuk naik ke atas panggung. Mereka ingin mengucapkan terimakasih karena telah diberikan izin untuk ikut memeriahkan acara karnaval kota.
Dengan berwibawa walikota pun naik ke atas panggung, kemeja putih dan celana panjang berwarna cokelat terlihat sangat cocok di tubuh walikota. Ditambah aksesoris berbentuk pedang di saku bajunya dan jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya membuat kesan gagah pada dirinya. Apalagi cahaya dari liontin biru di jam itu semakin membuat setiap mata yang memandangnya tertegun.
"Itu, tanda itu...."


TAMAT