Integritas
Pemikiran Kader PMII Di Era Global Dalam Menjawab Permasalahan Sosial
Oleh:
Sajad khawarismi M. M
Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan sebuah organisasi yang mewadahi para
mahasiswa. Organisasi ini konsen pada ranah gerakan untuk menjadi pembela bagi
kaum yang tertindas. PMII mempunyai landasan Nilai dasar Pergerakan (NDP) dan Ahlusuunah
wal Jamaah (Aswaja) dan organisasi ini mampu berdaya saing. Sebutan bagi
anggota yang telah mengikuti Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII disebut dengan
kata “kader”, sebagai kader PMII diharuskan untuk melek dalam isu-isu sosial
masyarakat yang terjadi. Sesuai dengan salah satu prinsip dasar PMII yaitu menjadi
pembela kaum tertindas serta melawan kebijakan pemerintah yang semena-mena
dalam membuat kebijakan serta aturan yang merugikan masyarakat.
Pada
era yang dipenuhi kemajuan daripada teknologi yang berkembang pesat serta
informasi yang berseliweran dimana-mana, menjadi tantangan tersendiri bagi
kader PMII. Bagaimana tidak? Dalam ranah keilmuan sendiri, kader PMII telah
banyak meninggalkan iklim intelektual dan budaya literasi.Anehnya, para kader
dan anggota malah lebih nyaman terhadap kemewahan yang disediakan oleh era
global, dengan hanya bermodalkan sedikit kutipan di media sosial serta copy
paste kader PMII telah merasa dirinya cukup untuk belajar. Hal tersebut berimplikasi terhadap kader PMII
yang apatis terhadap problematika sosial. Alih-alih untuk melakukan perubahan
sosial, pemikiran kritis dan tindakan yang transformatif tak lagi menjadi
sentrum di PMII.Maka hal ini tak boleh diterima dengan pasrah, menjadi tanggung
jawab kita bersama sebagai bagian dari entitas PMII untuk mengembalikan ranah
keilmuan yang mempunyai intelektualitas dalam tubuh kader PMII itu sendiri.
Kemudian
dalam menyikapi permasalahan di atas, perlunya merevisi ulang nalar pemikiran
kader PMII menjadi hal penting untuk dilakukan. Jika sekarang hanya nyaman dan
terlena terhadap kemewahan teknologi dan informasi yang serba ada, maka
semangatnya harus dikembalikan. Bahwa kader PMII wajib memiliki pemikiran
kritis serta mempunyai gagasan yang matang untuk menjawab permasalahan sosial.
Tentunya dimulai dengan membentuk kembali lingkar budaya diskusi, mengaktifkan
kembali forum kajian, menyediakan pelatihan basis serta memperbanyak studi
literaturnya. Kader pergerakan yang akhir-akhir ini hanya dikenal sebagai
“tukang demo” dengan bermodalkan anarkisme yang tidak disertai dengan gagasan
yang matang, perlu untuk diminimalisir. Stigma buruk masyarakat terhadap warga
pergerakan perlu untuk diluruskan kembali.
Selanjutnya
untuk menindak lanjuti hal tersebut sudah seharusnya mengkaji ulang perihal apa
yang perlu dibenahi. Kader PMII yang terkenal akan keberaniannya saat turun ke
jalan dan kader PMII yang terkenal akan kualitas intelektualnya perlu untuk di
revitalisasi.
Mengutip apa yang disampaikan oleh salah satu pendiri PMII, alm. KH. Nuril Huda bahwa terdapat dua hal yang menjadi tugas dan tanggung jawab kader PMII sebagai mahasiswa. Baginya, pengetahuan yang mendalam dan keberanian adalah karakter pokok kader PMII. Pengetahuan mendalam mesti digali untuk memahami utuh persoalan yang dihadapi masyarakat. Sedangkan keberanian adalah pelaksanaan atas pengetahuan yang berwujud gerakan-gerakan konkrit. Maka para intelektual organik harus banyak dilahirkan oleh rahim PMII secara umum, dan secara khusus PMII Rayon FEBI Komisariat UIN Khas Jember.
Salam
Pergerakannnn!!!!!
Dengan situasi yang seperti ini, dan kondisi anggota yang seperti itu. untuk membuat gerakan perubahan nih agak susah. Kesadaran masih belum terbentuk bagaimana mau bergerakš¤£š¤£š¤£Cara apa lagi yang harus dicoba,jalan mana lagi yang harus ditempuh?
BalasHapus