Peran Perempuan
dalam Pembangunan Melalui Akselerasi Kaderisasi
Oleh : Safina
Ulfi M.
Seiring perkembangan
zaman, tentu saja perempuan tidak dapat terbebas dari banyaknya sudut pandang
masyarakat. Menurut sejarahnya sendiri, perempuan dapat dikatakan sudah
memiliki tuntutan untuk menjadi pribadi yang multi peran bagi diri sendiri,
keluarga, dan orang-orang sekitarnya.
Dewasa ini seorang
perempuan harus bisa menyesuaikan diri dengan informasi-informasi uptodate
(update) agar mempunyai strategi gerak dan penyelarasan untuk segala rencana
hidupnya. Masyarakat masih seringkali
menganggap remeh para perempuan dengan berbagai stigma buruk, sehingga
pemikiran yang dapat dikatakan "kolot" itu meredupkan semangat
perempuan di dalam negeri sendiri untuk bisa ekspresif dan bebas menyuarakan
pendapatnya.
Hal ini juga yang
berpengaruh kepada tingkat jumlah perempuan yang berkecimpung di dunia politik
masih tidak banyak. Pada sejarah perpolitikan Indonesia dan beberapa negara berkembang
memang dapat dikatakan masih lambat dalam laju politiknya. Adanya keterlambatan
ini tidak hanya menjadi masalah pada tingkat pusat, tetapi tentunya berimbas
pada lembaga-lembaga tingkat daerah juga.
Yang sangat disayangkan
hingga saat ini masih tergolong banyak perempuan yang kurang peduli dengan
segala permasalahan perempuan itu sendiri. Kasus yang sering terjadi
akhir-akhir ini dengan berbagai tajuk seperti pelecehan , kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), LGBT, dan masih banyak lagi itu seperti masih kurang untuk
membuat para perempuan sadar akan pentingnya gertakan yang kita buat demi
melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Tentunya menyertakan perempuan dalam pembangunan negara merupakan
sesuatu yang diharuskan. Bukan karena pandangan dari sisi humanisme belaka,
tetapi hal ini mutlak dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas perempuan dan
negara itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa negara yang sejahtera
merupakan negara yang menghargai perempuan untuk dipercayakan ikut andil dalam
setiap proses yang dilakukannya. Hal ini juga dikemukakan oleh Vivekananda
(Darwin:2005, 8) dimana "negara dan bangsa yang tidak menghormati kaum
perempuannya tidak akan pernah menjadi besar, baik di saat ini maupun di masa
yang akan datang". Oleh karena itu, salah satu alasan mendasar penyebab
kemunduran bangsa adalah masih kurangnya sikap menghargai dan mempunyai rasa
hormat terhadap perempuan.
Peranan (role) adalah
sesuatu yang berkelanjutan atau dinamis dari status yang diberikan seseorang
kepada suatu individu. Peran yang dipercayakan oleh masyarakat menentukan apa
yang diperbuatnya dikemudian hari dan kesempatan apa saja yang nantinya akan
disalurkan kepada masyarakat kembali.
Di Indonesia pembahasan tentang peran ganda perempuan masih belum terselesaikan, karena patriarki juga masih dibilang kuat sehingga hanya menganggap perempuan sebagai konsumen penghabis gaji laki-laki. Pada kenyataannya perempuan sangat mampu untuk menjalankan aktivitas ekonominya sendiri dan mempunyai penghasilan yang tidak menutup kemungkinan juga lebih besar daripada laki-laki. Sebagaimana kita ketahui bahwa perempuan adalah pemeran utama perjuangan kaum nasionalis dalam lingkungan publik yang menandai masuknya bangsa ke era modernitas. Pada SociologycalTheory menyatakan meskipun pengukuran yang digunakan untuk menilai status laki-laki dan perempuan berbeda, tetapi status perempuan dan laki-laki itu sama.
Lalu bagaimana peran perempuan dalam pembangunan melalui akselerasi kaderisasi? Secara garis besar kader adalah sekumpulan orang yang bergerak dalam organisasi, terikat dengan peraturan serta nilai-nilai organisasi, dan harus memiliki komitmen yang konsisten secara continue. Akselerasi kaderisasi selain digunakan untuk tetap menjaga regenerationquantity (kuantitas regenerasi) juga digunakan dalam pelestarian nilai-nilai suatu organisasi. Oleh karenanya, organisasi sangat perlu menjaga akselerasi kaderisasinya terutama pemaksimalannya kepada kaum perempuan. Perlu diketahui tingkat kesulitan menjaga kader perempuan lebih sulit daripada kader laki-laki karena sebagian besar mereka memakai feeling daripada Thinking atau Logic.
Hari ini IDG (Indeks Pemberdayaan Gender) yang digunakan dalam
pengukuran peran perempuan di ranah ekonomi dan politik sudah menunjukkan
perkembangan serta dalam Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Indonesia sudah
semakin meningkat yang hampir mencapai presentase sempurna, maka bisa dikatakan
kesenjangan gender antara kaum laki-laki dan kaum perempuan sudah semakin
tipis. Hal ini tentu saja untuk mendukung peran perempuan dalamprogram
Sustainable Development Goals (SDGs) yang tidak lama ini juga dibahas oleh
pemerintahan, dimana harapannya adalah para kaum perempuan bisa menuntut atas
hak-hak, peran, dan kesetaraan yang wajib didapatkannya. Karena dapat kita
semua ketahui bahwa dalam sebagian besar penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan perempuan tidak ada komunikasi maupun negosiasi kepada para perempuan
itu sendiri.
Adanya masalah yang begitu kompleks yang dihadapkan dengan
perempuan inilah yang menjadikan kita semakin optimis untuk membuat serta
mengembangkan strategi-strategi yang tepat dalam pengembangan akselerasi kaum
perempuan di Indonesia. Sehingga harap
dan semoga yang selalu kita inginkan step by step akan dapat
diwujudkan, terutama adalah dalam hal pembahasan “matriarki” dan “patriarki”
yangsedikit demi sedikit dapat diatasi.
0 komentar